Kalak Singkil

BERKUNJUNG ke Kepulauan Banyak, Aceh Singkil, belum sempurna jika tidak ke Pulau Tailana. Pulau itu menjadi tujuan utama  wisata wan lantaran dikenal sebagai lokasi snorkeling. Keindahan panorama Pulau Tailana juga tampak dari hamparan pasir putih bak permadani yang ditumbuhi berjubel pohon kelapa. Hamparan pasir putih nan lembut ini kerap menarik para wisata wan untuk memanjakan tubuhnya. Di beberapa sudut pulau juga ada pasir kasar yang berasal dari pecahan batu karang. Pasir-pasir itu menimbulkan efek kilatan cahaya bagai berlian ketika terpantul sinar matahari. Sambil bermain di pasir, pengunjung juga dapat melepaskan pandangan ke gugusan pulau yang ada di seberangnya. Air laut berwarna biru tosca muda, membetot raga untuk segera menceburkan diri. Sementara untuk lokasi snorkeling pengunjung harus berenang sekitar 100 meter ke arah Utara yang menyuguhkan pemandangan bawah lautnya bagaikan akuarium raksasa. Laut di sekeliling Tailana tampak dangkal dan jernih. Hamparan pas

Ngabuburit di Pelabuhan Laut singkil, Aceh Singkil. Pelabuhan ini menjadi tempat alternatif warga untuk ngabuburit mengisi waktu jelang berbuka puasa hampir selama Ramadhan. Hampir setiap sore terlihat banyak warga mulai dari anak-anak hingga dewasa yang sedang menikmati keindahan pemandangan sekitar pelabuhan. Meski Pelabuhan Laut Singkil belum beroperasi, warga tetap antusias berdatangan ke Pelabuhan tersebut untuk melihat pemandangan dan tempat menarik menyaksikan matahari terbenam, memacing atau hanya sekedar menikmati semilirnya angin pantai. Selain warga singkil, warga diluar singkil pun berdatangan untuk mengikuti momen-momen ngabuburit di pelabuhan Laut Singkil ini. Karena lebih dari Seratusan warga terlihat setiap harinya di lokasi pelabuhan ini. Warga Singkil pun tak bosannya berdatangan untuk melihat suasana sore hari di Pelabuhan Laut Singkil. Sedangkan Pelabuhan Ferry Singkil sekarang agak mulai sepi pengunjung. Mungkin suasana pelabuhan Laut Singkil yang b

SINGKIL - Aroma bau khas terasi segera menusuk hidung saat datang ke pemukiman nelayan di Aceh Singkil. Kondisi itu menjadi pertanda masuknya musim udang sabu yang membanjiri wilayah laut di kawasan itu. Warga mengolah udang seukuran anak ikan baru menetas yang diberi nama udang sabu tersebut menjadi terasi khas Aceh Singkil. Terasi sabu terkenal karena kemurnian serta rasanya yang khas walau saat penjemuran di pinggir jalan menimbulkan aroma kurang sedap. Aroma kurang sedap yang menyebar tidak pernah dipersoalkan, sebab musim udang sabu yang jadi bahan baku membuat terasi itu merupakan anugerah mendatangkan rezeki di tengah  ekonomi  serba sulit. Kemudian musim membuat terasi hanya setahun sekali. “Baulah memang, tapi ini rezeki yang datang setahun sekali. Kalau tidak musim udang sabu tidak ada yang buat terasi,” kata Mak Kas, pembuat terasi udang sabu, di Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Minggu (19/6). Membuat terasi dilakukan gotong royong keluarga nelayan. Terutama saat men

Sumber poto: http://ehloo.com/wp-content/uploads/2015/10/merantau.jpg Bulan Ramadhan ialah bulan yang penuh berkah. Selain kita berlomba-lomba dalam mencari pahala, bulan Ramadhan juga momen dimana kita dapat meningkatkan silaturahmi antar sesama manusia terutama keluarga dan sanak famili. Di bulan Ramadhan banyak di manfaatkan anggota keluarga untuk melakukan aktivitas bersama seperti berbuka puasa, sahur bersama, dan bahkan sampai ngabuburit bersama teman-teman di kampung halaman. Namun momen hal kebersamaan tersebut kurang berlaku bagi kami sang perantau. Sebagai mahasiswa dan tenaga kerja perantauan, kami menjalani puasa di kota orang, akan tetapi sangat terasa berbeda dibandingkan di kampung halaman. Karena banyak momen-momen terlewatkan bersama keluarga dan yang tak terlupakan ialah masakan ibunda tercinta di kampung halaman. Hati kami sebagai sang perantau pun sangat terharu dan gembira adanya Bulan Ramadhan yang kita tunggu-tunggu salama satu tahun sekali. Walaupu