Singkil Musim Terasi Sabu

SINGKIL - Aroma bau khas terasi segera menusuk hidung saat datang ke pemukiman nelayan di Aceh Singkil. Kondisi itu menjadi pertanda masuknya musim udang sabu yang membanjiri wilayah laut di kawasan itu.
Warga mengolah udang seukuran anak ikan baru menetas yang diberi nama udang sabu tersebut menjadi terasi khas Aceh Singkil. Terasi sabu terkenal karena kemurnian serta rasanya yang khas walau saat penjemuran di pinggir jalan menimbulkan aroma kurang sedap. Aroma kurang sedap yang menyebar tidak pernah dipersoalkan, sebab musim udang sabu yang jadi bahan baku membuat terasi itu merupakan anugerah mendatangkan rezeki di tengah ekonomi serba sulit. Kemudian musim membuat terasi hanya setahun sekali.
“Baulah memang, tapi ini rezeki yang datang setahun sekali. Kalau tidak musim udang sabu tidak ada yang buat terasi,” kata Mak Kas, pembuat terasi udang sabu, di Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Minggu (19/6). Membuat terasi dilakukan gotong royong keluarga nelayan. Terutama saat menumbuk udang menjadi halus yang dilakukan menggunakan perlengkapan tradisional yaitu lesung. Proses penumbukan itulah memerlukan tenaga ekstra sehingga dilakukan bersamaan.
Pembuat terasi dilakukan secara tradisional, sebab hanya dilakukan ketika musim udang sabu saja dan menjaga cita rasa khas yang telah terjaga secara turun temurun.
“Terasi buatan Aceh Singkil, terkenal karena tidak pahit sebab asli dibuat tanpa campuran apa pun,” kata Kasmudin pembuat terasi lainnya. Tiap kilogramnya terasi udang sabu dijual Rp 60.000. Jika beli dalam jumlah banyak pengrajin bersedia mengurangi harganya. “Walau barang langka karena hanya setahun sekali musim, harganya cuman Rp 60.000 per kilo,” ujar Kasmudin yang mengaku banyak mendapat pesanan terasi dari luar daerah.
Proses pembuatan terasi udang sabu cukup mudah. Setelah dibersihkan udang sabu dijemur kering, lalu ditumbuk di lesung hingga setengah halus. Lalu dijemur kembali sampai kering. Proses terakhir memasukkannya kembali ke lesung dengan campuran sedikit air dan ditumbuk sampai menyatu hingga mudah dibentuk sesuai ukuran yang diinginkan.

Sumber: Serambi Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Lokan di Sungai Singkil

Bisikan Sang Perantau di Bulan Ramadhan