Lezatnya Lompong Sagu Subulussalam

Lezatnya Lompong Sagu Subulussalam

Sabtu, 28 Desember 2013
Lezatnya Lompong Sagu Subulussalam
KOTA Subulussalam yang mekar pada 2 Januari 2007 silam, merupakan salah satu daerah yang memiliki areal perkebunan dan pertanian yang cukup luas. Daerah ini juga merupakan kawasan perkebunan meski statusnya sebagai kota lantaran hamparan tanah di sana didominasi hutan dan kebun. Meski secara administratif, Subulussalam termasuk daerah baru, kota yang dikenal dengan semboyan Sada Kata ini memiliki aneka kearifan lokal seperti makanan tradisional. Namun, selama ini sejumlah budaya lokal nyaris terkikis oleh kemajuan zaman. Salah satu penganan tradisional tersebut sebagai cemilan yakni Lompong Sagu. Makanan ini berfungsi sebagai cemilan dan sangat sehat dikonsumsi. Pada Serambi Kuliner edisi Sabtu ini, Khalidinmenyajikan menu makanan tradisional khas Subulussalam tersebut kepada pembaca.
LOMPONG Sagu merupakan salah satu makanan ringan atau jajanan tradisional yang digemari masyarakat pribumi Subulussalam. Penganan dengan perpaduan antara sagu, kelapa, dan pisang  ini dimasak dengan cara dibakar pada perapian menggunakan arang kayu atau tempurung kelapa, seperti memasak sate. Kudapan satu ini  sangat terkenal di kalangan masyarakat Kota Subulussalam, termasuk Aceh Singkil yang merupakan kabupaten induk Subulussalam dimekarkan 2 Januari 2007 silam.
Apalagi warna dan aroma khas daun pisang pembungkus lompong yang aduhai, akan mengundang selera siapapun untuk menyantapnya. Ciri khas lompong ini kenyal, tidak terlalu manis, dan lengket. Warnanya yang kecokelatan karena ditambah campuran serpihan kelapa parut menambah cita rasa tersendiri. Ukurannya pun tidak besar, kira-kira sepanjang 20 centimeter dengan diameter setengah inci atau dua pertiga inci. Jadi, mungkin perlu tambah dua atau tiga bungkus agar puas memakan kudapan ini.Menu dimaksud terbuat dari bahan dasar sagu, pisang, dan parutan kelapa yang diproses dengan cara dibakar dalam balutan daun pisang seperti pepes. Makanan dengan rasanya yang akan lebih enak bila dinikmati dalam keadaan hangat pada saat cuaca dingin. Mulai dari anak-anak hingga para orang tua, sangat menyukai kue tradisional ini. Untuk menjaga kualitas rasanya, prosespembuatan kue ini tetap dilakukan secara tradisional dan sederhana. Selain itu, proses pemanggangannya juga harus terjaga agar tidak terlalu gosong atau bisa-bisa tidak masak pada bagian tengah kue.
Pemanggangannya akan lebih baik menggunakan arang atau tempurung kelapa. Bagi Anda yang sedang berada di Subulussalam, sayang sekali bila melewatkan makanan satu ini. Bila Anda ingin segera mencicipi hidangan asli Kota Subulussalam ini, hanya dapat menemukan pada tempat tertentu. Sebab, tidak semua orang mahir membuat lompong secara baik. Meski demikian, di Kota Subulussalam terdapat beberapa pedagang yang saban hari berjualan Lompong.
Seperti Khalijah, ibu rumah tangga yang berjualan di Jalan Malikussaleh, persis samping terminal terpadu Subulussalam. Anda juga dapat membeli Lompong di Jalan Teuku Umar, depan bazis, atau Lorong Damai Subulussalam Utara, Jalan T Nyak Adam Kamil. Bisa juga di beberapa tempat yang menyuguhkan makanan yang diselimuti daun pisang. Anda dapat menikmati lompong sagu selagi hangat, ditambah secangkir kopi atau teh hangat akan membuatnya kian lezat.
Khalijah, ibu rumah tangga yang saban hari berjualan lompong sagu di rumahnya, setiap hari lompong yang dia buat selalu habis dibeli pelanggan. Agar mendapatkan cita rasa yang baik, pembuatan lompong harus benar-benar terjaga. Antara lain, sagu dan pisang harus pilihan. Pisang yang digunakan sebaiknya benar-benar masak. Selain itu, kelapa setengah tua diparut. Jika salah meracik, bisa saja lompong tidak matang secara sempurna, sehingga tidak dapat dinikmati.Bahan yang diperlukan untuk membuat cemilan ini cukup sederhana. Begitu juga proses pembuatannya. Lompong juga cocok dijadikan sebagai camilan pendamping saat minum kopi atau teh panas yang sudah menjadi ciri khas masyarakat Aceh. Proses pembakarannya juga harus terjaga agar tidak terlalu gosong dan akan mempengaruhi cita rasa. Bahkan, bisa tidak matang secara sempurna. Saat Lompong  menjelang matang, aroma harumnya kian terasa.
Untuk masalah harga, tidak terlalu menguras kantong Anda. Sebab, lompong hanya dijual antara Rp 1.000 satu bungkus. Namun, makanan ini tersedia pada pagi hari, sejak pukul 06.00 hingga menjelang 10.00 WIB, atau sore pukul 15.00 hingga pukul 20.00 WIB. Jadi, apabila sedang bermain ke daerah Subulussalam dan ingin mencoba lompong sagu, Anda dapat berkunjung ke Jalan Malikussaleh atau sekitar Bazis Subulussalam.
Zaman dulu, lompong merupakan makanan tradisional yang cukup populer di kalangan masyarakat Subulussalam. Apalagi di era 1960-1995. Kala itu, lompong menjadi salah satu jajanan yang mudah didapatkan selain pisang goring dan godok-godok. Sebab, dulu jajanan instan masih jarang dijual. Kalaupun ada, tidak sebanyak saat ini. Sehingga, umumnya masyarakat, terutama anak-anak jajan di pasar membeli lompong atau jajanan tradisional.
Selain dibungkus dan dibakar dengan bara, proses pengolahan lompong dapat pula dilakukan seperti memasak serabi atau apem. Namun, dibuat melebar seperti martabak. Hanya saja, lompong dengan model ini lebih tipis dari martabak dan tetap dimasak dengan dilapisi daun pisang.
“Kalau dulu, kan, memang makanan yang ada itu tradisional. Kalau roti-roti ada, tapi jarang. Apalagi dulu ekonomi masyarakat juga tidak seperti sekarang. Akses jalan dan transportasi sulit, sehingga jajanan yang masuk terbatas,” kata Haji Umar, salah serang tokoh masyarakat.

Sumber; Serambi Indonesia

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lokan di Sungai Singkil

Bisikan Sang Perantau di Bulan Ramadhan